Fimosis adalah suatu kondisi dari kulit penutup kepala penis yang tidak dapat diretraksikan (dibuka) sedemikian rupa sehingga kepala penis dapat terlihat (Manekar et al., 2022).
Fimosis pada bayi baru lahir bisa dikatakan normal karena seiring bertambahnya usia kulup tersebut akan mengendur sehingga bisa ditarik ke bawah (oleh dokter) dengan mudah.
Meskipun pada umumnya termasuk normal, namun ada beberapa kondisi fimosis yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Butuh penanganan dan perawatan medis yang serius karena kulup penis tidak boleh dilepaskan sendiri. Anda bisa mengunjungi Urology and Dialysis Center untuk penanganan lebih lanjut.
Ada beberapa ciri khusus yang perlu diperhatikan karena setiap keluhan membutuhkan penanganan serta pengobatan medis secara khusus. Mari pelajari lebih lanjut mengenai apa itu fimosis dan penanganannya.
Fimosis merupakan suatu kelainan pada penis yang terjadi baik bayi maupun orang dewasa yang belum khitan. Kelainan ini berupa kulup (kulit kepala penis) yang menempel sehingga tidak bisa ditarik ke belakang.
Biasanya, tanda penis yang terkena fimosis berupa adanya cincin yang terlihat di sekitar ujung penis. Berdasarkan kondisi, kelainan pada kepala penis ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Merupakan jenis kelainan yang biasa terjadi pada bayi dan anak-anak hingga usia 3 tahun. Jenis ini merupakan kondisi normal dan bisa hilang dengan sendirinya.
Merupakan jenis kelainan yang terjadi pada anak dan pria dewasa tapi belum khitan, sering dikaitkan dengan peradangan atau inflamasi yang terjadi pada kepala penis, uretra, dan preputium (balanitis xerotica obliterans).
Fimosis yang terjadi secara normal pada umumnya tidak membutuhkan perawatan khusus. Pasalnya, antara kepala penis dan kulup akan terpisah secara alami ketika anak telah menginjak usia 5-7 tahun atau hingga memasuki usia pubertas. Meski termasuk kategori normal, namun Anda harus waspada ketika terdapat ciri-ciri berikut ini:
Setidaknya ada 5 faktor yang membuat anak laki-laki mengalami fimosis, yaitu:
Meskipun fimosis yang terjadi anak sering kali tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat fimosis di anak:
Anak-anak dengan fimosis mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi saluran kemih.
Sebab, kulup yang terlalu ketat bisa memerangkap kotoran atau air kencing, yang kemudian dapat menyebabkan infeksi pada kepala penis atau saluran kemih.
Infeksi ini bisa menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil, demam, atau bahkan pembengkakan. Jika hal ini terjadi, Anda harus segera membawa anak ke dokter.
Balanitis adalah peradangan pada kepala penis, sedangkan balanoposthitis adalah peradangan pada kepala penis serta kulupnya.
Kedua kondisi ini sering kali terjadi pada anak-anak dengan fimosis, atau lebih umumnya lagi yang penisnya tidak dikhitan.
Sebab, ketidakmampuan untuk membersihkan area tersebut secara efektif dapat menimbulkan penumpukan kotoran atau zat lain yang mengiritasi dan menyebabkan peradangan.
Biasanya, anak Anda akan mengalami nyeri pada penis mulai dari areanya merah atau bahkan bengkak.
Parafimosis adalah kondisi medis yang lebih serius, di mana kulup yang tertarik ke belakang kepala penis tidak bisa kembali ke posisi semula. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, rasa sakit yang intens, dan gangguan aliran darah ke penis sampai dengan nekrosis ujung penis.
Parafimosis merupakan keadaan darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Dokter akan berupaya melakukan peremasan pada kepala penis supaya kulup bisa ditarik ke depan.
Namun, apabila teknik ini tidak berhasil, maka biasanya akan ada pembiusan untuk penyayatan. Langkah berikutnya adalah melakukan khitan.
Fimosis pada anak yang kondisinya parah, kulup yang terlalu ketat bisa menghalangi aliran urin yang normal.
Hal ini bisa menyebabkan penumpukan urin di dalam saluran kemih, yang pada gilirannya bisa menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan saat buang air kecil.
Nekrosis di Ujung Penis adalah kondisi medis serius yang terjadi ketika jaringan di ujung penis (biasanya pada kepala penis atau glans) mengalami kematian sel atau kerusakan jaringan.
Proses nekrosis ini bisa terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke area tersebut, sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan yang seharusnya menerima pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Tanpa aliran darah yang memadai, jaringan tersebut bisa mati. Nah, kondisi ini memerlukan penanganan medis yang cepat. Jadi, jika anak Anda mengalami fimosis, segera periksa ke dokter supaya tidak terjadi komplikasi lainnya.
Bagi Anda yang anaknya mengalami fimosis harus memahami bagaimana cara perawatan yang tepat. Meskipun tidak memerlukan pengobatan secara khusus, namun ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Salah satunya adalah tidak boleh menarik kulup secara paksa. Sebab, tindakan ini bisa menimbulkan rasa nyeri serta memicu kerusakan kulit di bagian kulup penis seperti iritasi, infeksi, atau bahkan bisa menimbulkan parafimosis yang berbahaya.
Untuk perawatan fimosis fisiologis yang terjadi pada anak cukup dengan membersihkan bagian penis secara teratur. Gunakan air hangat disertai sabun berbahan lembut setiap kali Anda memandikan anak dan setelahnya langsung dikeringkan secara perlahan.
Hindari menaburkan bedak jenis apapun ke bagian penis karena bisa memicu terjadinya iritasi kulit. Sedangkan untuk fimosis anak jenis patologis butuh penanganan secara spesifik. Selain itu, pengobatannya pun disesuaikan dengan kondisi usia serta tingkat keparahannya.
Namun sebelumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna menilai gejala apa saja yang dialami sehingga bisa memberikan penanganan pada anak sesuai dengan kondisi yang dirasakan.
Secara umum, terdapat tiga tindakan medis yang dilakukan oleh dokter untuk menangani fimosis yang terjadi pada anak, yaitu:
Biasanya dokter akan memberikan obat fimosis yang sesuai dengan penyebabnya. Misalnya saja meresepkan krim antijamur pada anak yang mengalami infeksi jamur atau krim antibiotik pada anak yang mengalami infeksi bakteri atau virus.
Secara umum, dokter akan meresepkan obat yang berfungsi untuk meredakan fimosis. Salah satunya adalah berupa kortikosteroid topikal yang berbentuk gel, krim, atau salep.
Obat jenis ini akan membantu untuk melenturkan kulup penis sehingga lebih mudah ditarik.
Cara penanganan fimosis anak adalah dengan mengoleskan kortikosteroid topikal pada bagian ujung kulit kulup penis anak selama 1 bulan 3 kali sehari.
Selain itu, dokter juga akan menyarankan Anda untuk mulai meregangkan kulup penis anak kurang lebih dua minggu setelah menggunakan obat tersebut.
Proses peregangan harus dilakukan dengan lembut dan ditarik sejauh mungkin yang bisa diupayakan tanpa anak merasa sakit. Apabila dengan pemberian obat ini ternyata tidak menimbulkan efek yang signifikan, maka dokter biasanya akan menyarankan proses selanjutnya yaitu operasi kecil yaitu khitan.
Apabila fimosis anak membuat kepala penis menjadi radang (balanitis) atau bahkan terjadi infeksi saluran kencing berulang, maka pihak dokter biasanya akan memberikan solusi atau saran berupa khitan.
Merupakan tindakan medis dengan teknik pembedahan guna melepaskan kulup yang menutupi bagian ujung kepala penis.
Tindakan medis ini juga disarankan bagi anak yang kulup penis menempel terlalu ketat pada kepala penis. Anda bisa konsultasi dengan dokter terkait prosedur khitan untuk anak.
Tanyakan apa saja risiko saat dan setelah khitan serta kapan saat yang tepat bagi anak untuk khitan. Selain itu, tanyakan pula tentang metode sunat yang paling tepat bagi anak, apakah menggunakan sistem sunat cincin, pisau bedah, atau laser.
Jika anak Anda didiagnosis dengan fimosis, berikut adalah beberapa panduan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang tua untuk membantu mengatasi kondisi ini.
Beberapa hal yang boleh Anda lakukan untuk menangani fimosis pada anak, antara lain:
1. Berikan Waktu untuk Perkembangan Alami
Pada sebagian besar anak, fimosis akan membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Kulup akan terpisah dari kepala penis secara alami pada usia tertentu, di mana evaluasi dapat dilanjutkan sepanjang belum muncul komplikasi.
Oleh karena itu, Anda tidak perlu terburu-buru untuk melakukan tindakan medis. Sebaiknya, berikan waktu bagi tubuh anak untuk berkembang dengan sendirinya.
2. Pembersihan yang Tepat
Anda dapat membantu anak Anda membersihkan area sekitar penis dengan cara yang lembut dan hati-hati. Gunakan air hangat dan kain lembut, tanpa sabun atau bahan kimia keras yang dapat mengiritasi kulit.
Arahkan anak untuk membersihkan dengan perlahan agar tidak merusak kulit yang sensitif. Pastikan untuk membersihkan sisa urine dan kotoran secara teratur. Metode ini sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter.
3. Konsultasi dengan Dokter
Jika Anda merasa khawatir atau jika fimosis menyebabkan masalah, seperti infeksi atau kesulitan buang air kecil, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah fimosis tersebut perlu penanganan lebih lanjut.
Beberapa dokter juga biasanya merekomendasikan anak untuk dikhitan. Supaya kondisi ini tidak menyebabkan komplikasi lebih serius di masa depan.
4. Penggunaan Krim Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan krim kortikosteroid yang dapat membantu melunakkan kulit kulup, memungkinkan kulup untuk lebih mudah ditarik ke belakang.
Biasanya, dokter akan menyarankan pemberian krim steroid 3 kali dalam sehari selama satu bulan. Tujuannya untuk mengendurkan kulit kulup.
Penggunaan krim ini biasanya disertai dengan latihan menarik kulup secara perlahan dan lembut.
Meski demikian, sebagai orang tua Anda juga tidak diperbolehkan melakukan beberapa hal saat mengalami fimosis pada anak. Ini penting untuk meminimalisir penyebab fimosis pada anak yang lebih parah. Berikut adalah hal-hal yang tidak diperbolehkan:
1. Memaksa Menarik Kulup
Anda tidak boleh memaksa anak untuk menarik kulup jika itu tidak bisa dilakukan dengan mudah. Memaksakan kulup dapat menyebabkan rasa sakit, luka, atau peradangan.
Biarkan proses pemisahan kulit kulup terjadi secara alami, dan hindari tindakan yang bisa memperburuk kondisi.
2. Penggunaan Alat atau Metode Ekstrem
Jangan menggunakan alat atau metode yang tidak terbukti aman untuk memperbaiki fimosis, seperti menggunakan cincin pemisah kulup atau alat lainnya yang dapat merusak jaringan.
Penggunaan metode ini harus selalu dibicarakan dengan dokter.
3. Mengabaikan Infeksi atau Pembengkakan
Jika anak Anda mengalami gejala infeksi, seperti kemerahan, nanah, atau pembengkakan yang signifikan, jangan menunda untuk mencari bantuan medis.
Infeksi yang tidak ditangani bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius, termasuk parafimosis atau masalah kesehatan lainnya.
4. Menunda Konsultasi dengan Dokter
Jika fimosis tidak membaik seiring waktu, atau jika anak mulai mengalami masalah yang lebih serius, seperti kesulitan buang air kecil atau infeksi berulang, Anda sebaiknya segera menemui dokter. Penanganan sejak dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
Apabila anak mengalami fimosis disertai dengan gejala yang mengkhawatirkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis anak guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Anda bisa membuat jadwal ke poli spesialis anak untuk berkonsultasi pengobatan seperti apa yang cocok untuk diaplikasikan kepada anak. Apakah cukup hanya dengan penggunaan kortikosteroid topikal saja atau butuh tindakan medis yang lebih intensif lagi.
Fimosis pada anak adalah kondisi yang cukup umum dan sering kali dapat sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Meskipun demikian, orang tua perlu memperhatikan tanda-tanda komplikasi, seperti infeksi, parafimosis, atau kesulitan buang air kecil.
Dengan memberikan waktu untuk perkembangan alami dan melakukan perawatan yang tepat, sebagian besar anak akan dapat mengatasi fimosis tanpa masalah besar.
Segera kunjungi dokter Spesialis Bedah Anak jika fimosis menimbulkan masalah yang lebih serius, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk menangani hal ini, Anda sebaiknya mendatangi bagian Spesialis Bedah Anak di Persada Hospital bersama dokter Dr. dr. Lulik Inggarwati, SpB., SpBA., SubspDA(K). Pelajari juga beragam informasi terkini seputar kesehatan untuk menjaga kebugaran Anda melalui laman artikel kami.