Fimosis pada Anak Laki-Laki: Ciri-Ciri & Pengobatannya

fimosis pada anak Persada Hospital

Bayi baru lahir bisa dikatakan normal ketika mengalami fimosis yang menyebabkan adanya pengetatan pembukaan yang terjadi di kulup. Seiring bertambahnya usia kulup tersebut akan mengendur sehingga bisa ditarik ke bawah dengan mudah. 

Perlu diwaspadai jika dokter mendeteksi adanya fimosis pada anak laki-laki Anda. Meskipun pada umumnya termasuk normal, namun ada beberapa kondisi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. 

Butuh penanganan dan perawatan medis yang serius karena kulup penis tidak boleh dilepaskan sendiri. Anda bisa mengunjungi Urology and Dialysis Center untuk hal ini.

Ketahui juga cara menjaga kesehatan jantung dengan membaca artikel ini.

Ada beberapa ciri khusus yang perlu diperhatikan karena setiap keluhan membutuhkan penanganan serta pengobatan medis secara khusus. Namun sebelumnya, pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan fimosis tersebut. 

Apa itu Fimosis pada Anak?

Fimosis merupakan suatu kelainan pada penis yang terjadi baik bayi maupun orang dewasa yang belum disunat. Kelainan ini berupa kulup (kulit kepala penis) yang menempel sehingga tidak bisa ditarik ke belakang. 

Biasanya, tanda penis yang terkena fimosis berupa adanya cincin yang terlihat di sekitar ujung penis. Berdasarkan kondisi, kelainan pada kepala penis ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Fimosis Fisiologis

Merupakan jenis kelainan yang biasa terjadi pada bayi dan anak-anak hingga usia 3 tahun. Jenis ini merupakan kondisi normal dan bisa hilang dengan sendirinya. 

  • Fimosis Patologis 

Merupakan jenis kelainan yang terjadi pada anak dan pria dewasa tapi belum disunat, sering dikaitkan dengan peradangan atau inflamasi yang terjadi pada kepala penis, uretra, dan preputium (balanitis xerotica obliterans). 

Ciri-Ciri Fimosis pada Anak

Fimosis yang terjadi secara normal pada umumnya tidak membutuhkan perawatan khusus. Pasalnya, antara kepala penis dan kulup akan terpisah secara alami ketika anak telah menginjak usia 5-7 tahun atau hingga memasuki usia pubertas. Meski termasuk kategori normal, namun Anda harus waspada ketika terdapat ciri-ciri berikut ini: 

  • Kulup tidak bisa ditarik sepenuhnya ketika usia anak laki-laki mencapai 3 tahun;
  • Terjadi penonjolan di bagian kulup pada saat buang air kecil;
  • Salah satu ciri fimosis anak yang paling mudah dideteksi adalah munculnya garis berwarna putih yang tampak di sekitar kepala penis;
  • Kepala penis tampak bengkak dan memerah serta terasa perih saat kulup ditarik ke belakang;
  • Kulup tidak bisa ditarik kembali ke kepala penis;
  • Kepala penis terasa sakit dan berwarna biru atau merah tua; 
  • Timbulnya rasa nyeri pada panggul bagian bawah;
  • Munculnya rasa terbakar atau nyeri ketika buang air kecil;
  • Frekuensi keluarnya urine semakin menurun;
  • Urine yang keluar terkadang disertai dengan darah; 
  • Keluarnya cairan kental yang berasal dari kulup. 

5 Penyebab Fimosis pada Anak

Setidaknya ada 5 faktor yang membuat anak laki-laki mengalami fimosis, yaitu: 

  • Infeksi saluran kemih yang terjadi secara berulang;
  • Infeksi pada kulup;
  • Kulup diperlakukan secara kasar;
  • Terjadi trauma pada kulup;
  • Kondisi kulit yang tidak sehat seperti terkena eksim, psoriasis, lichen planus, atau lichen sclerosus. 

Pengobatan Fimosis pada Anak

Bagi Anda yang anaknya mengalami fimosis harus memahami bagaimana cara perawatan yang tepat. Meskipun tidak memerlukan pengobatan secara khusus, namun ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan. 

Salah satunya adalah tidak boleh menarik kulup secara paksa. Sebab, tindakan ini bisa menimbulkan rasa nyeri serta memicu kerusakan kulit di bagian kulup penis seperti iritasi, infeksi, atau bahkan bisa menimbulkan parafimosis yang berbahaya. 

Untuk perawatan fimosis fisiologis yang terjadi pada anak cukup dengan membersihkan bagian penis secara teratur. Gunakan air hangat disertai sabun berbahan lembut setiap kali Anda memandikan anak dan setelahnya langsung dikeringkan secara perlahan. 

Hindari menaburkan bedak jenis apapun ke bagian penis karena bisa memicu terjadinya iritasi kulit. Sedangkan untuk fimosis anak jenis patologis butuh penanganan secara spesifik. Selain itu, pengobatannya pun disesuaikan dengan kondisi usia serta tingkat keparahannya. 

Namun sebelumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna menilai gejala apa saja yang dialami sehingga bisa memberikan penanganan pada anak sesuai dengan kondisi yang dirasakan. 

Secara umum, terdapat tiga tindakan medis yang dilakukan oleh dokter untuk menangani fimosis yang terjadi pada anak, yaitu: 

  • Pemberian Obat Berdasarkan Penyebabnya

Biasanya dokter akan memberikan obat fimosis yang sesuai dengan penyebabnya. Misalnya saja meresepkan krim antijamur pada anak yang mengalami infeksi jamur atau krim antibiotik pada anak yang mengalami infeksi bakteri atau virus. 

  • Pemberian Obat Pereda Fimosis Kortikosteroid Topikal

Secara umum, dokter akan meresepkan obat yang berfungsi untuk meredakan fimosis. Salah satunya adalah berupa kortikosteroid topikal yang berbentuk gel, krim, atau salep. 

Obat jenis ini akan membantu untuk melenturkan kulup penis sehingga lebih mudah ditarik. 

Cara penanganan fimosis anak adalah dengan mengoleskan kortikosteroid topikal pada bagian ujung kulit kulup penis anak selama 1 bulan 3 kali sehari. 

Selain itu, dokter juga akan menyarankan Anda untuk mulai meregangkan kulup penis anak kurang lebih dua minggu setelah menggunakan obat tersebut. 

Proses peregangan harus dilakukan dengan lembut dan ditarik sejauh mungkin yang bisa diupayakan tanpa anak merasa sakit. Apabila dengan pemberian obat ini ternyata tidak menimbulkan efek yang signifikan, maka dokter biasanya akan menyarankan proses selanjutnya yaitu operasi kecil yaitu sunat.  

  • Sunat

Apabila fimosis anak membuat kepala penis menjadi radang (balanitis) atau bahkan terjadi infeksi saluran kencing berulang, maka pihak dokter biasanya akan memberikan solusi atau saran berupa sunat. 

Merupakan tindakan medis berupa operasi kecil guna melepaskan kulup yang menutupi bagian ujung kepala penis. 

Tindakan medis ini juga disarankan bagi anak yang kulup penis menempel terlalu ketat pada kepala penis. Anda bisa konsultasi dengan dokter terkait prosedur sunat untuk anak. 

Tanyakan apa saja risiko saat dan setelah sunat serta kapan saat yang tepat bagi anak untuk disunat. Selain itu, tanyakan pula tentang metode sunat yang paling tepat bagi anak, apakah menggunakan sistem sunat cincin, pisau bedah, atau laser. 

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila anak mengalami fimosis disertai dengan gejala yang mengkhawatirkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis anak guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. 

Anda bisa membuat jadwal ke poli spesialis anak untuk berkonsultasi pengobatan seperti apa yang cocok untuk diaplikasikan kepada anak. Apakah cukup hanya dengan penggunaan kortikosteroid topikal saja atau butuh tindakan medis yang lebih intensif lagi. 

Tangani Fimosis pada Anak Segera bersama Persada Hospital

Anda bisa mengunjungi Persada Hospital untuk membuat jadwal kunjungan ke klinik spesialis bedah anak terkait fimosis yang diderita anak. Merupakan rumah sakit di Malang yang memiliki fasilitas dan layanan lengkap untuk penanganan fimosis baik pada bayi maupun pria dewasa. 

Bila diperlukan penanganan secara intensif, biasanya dokter spesialis bedah anak akan memberikan surat rujukan ke dokter bedah spesialis anak saat diperlukan tindakan operasi kecil yaitu sunat. 

Penyakit mental juga menjadi satu hal yang perlu mendapat perhatian lebih, baca artikel kapan seseorang butuh ke psikiater untuk menambah pengetahuan anda mengenai penyakit mental.

Segera kunjungi Spesialis Bedah Anak Persada Hospital dan atur jadwal agar fimosis pada anak bisa segera mendapat pengobatan yang sesuai dengan keluhan! Adapun untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, hubungi kami!

Informasi Lebih Lanjut Hubungi - 081130588585
Ditinjau oleh :
dr. Lulik Inggarwati, Sp.B, Sp.BA (K)
Spesialis Bedah Anak
Share :
#SehatBarengPersada