Penyakit Autoimun: Apa Itu dan Bagaimana Mengatasinya?

penyakit-autoimun-apa-itu-dan-bagaimana-mengatasinya

Penyakit autoimun adalah kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara sel sendiri dan sel asing, menyebabkan tubuh salah menyerang sel sehat. Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh.

Penyakit autoimun secara umum dibagi menjadi dua kategori, pertama autoimun yang menyerang organ spesifik, yaitu ketika autoimun hanya menyerang satu organ tertentu saja dalam tubuh. Kedua, non-organ spesifik, dimana terdapat beberapa organ atau sistem tubuh yang mungkin terpengaruh.

Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun dan beberapa di antaranya memiliki gejala awal yang mirip, seperti: kelelahan, pegal otot, ruam kulit, demam ringan, rambut rontok, sulit konsentrasi serta kesemutan di tangan dan kaki.

Faktor Risiko Seseorang Menderita Penyakit Autoimun

Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor berikut ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit auto imun, seperti:

  1. Berjenis kelamin perempuan.
  2. Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga.
  3. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
  4. Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh. 
  5. Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari.
  6. Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr.
  7. Merokok

Jenis-jenis Penyakit Autoimun

Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun yang banyak diidap oleh wanita:

1. Lupus Eritematosus Sistemik

Penderita yang mengalami serangan penyakit lupus ditandai dengan tanda merah di bagian wajah seperti sepasang sayap kupu-kupu.

2. Rheumatoid arthritis (rematik)

Rematik dapat menimbulkan peradangan, pembengkakan, hingga nyeri pada persendian.

3. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit autoimun ini ditandai dengan penumpukan sel kulit yang terjadi akibat sel kulit yang tumbuh di dalam kulit tumbuh cepat dan segera naik ke permukaan hingga kulit menebal dan menumpuk di permukaan kulit.

4. Ankylosing Spondilitis

Penyakit radang sendi kronis yang mengenai terutama sendi tulang belakang dan panggul. Penyakit ini termasuk ke dalam kelompok penyakit yang disebut sebagai spondiloartritis atau spondilitis seronegatif.

5. Kolitis Ulseratif

Jenis penyakit autoimun yang menyerang saluran pencernaan, khususnya usus. Penyakit ini dapat menimbulkan peradangan kronis hingga borok pada lapisan usus besar terdalam dan rektum.

8. Hemolytic Anemia

Hemolytic anemia adalah penyakit autoimun ini bekerja dengan menghancurkan sel darah merah yang terdapat dalam tubuh.

9. Multiple Sclerosis

Penyakit autoimun ini menyerang lapisan pelindung di sekitar syaraf, hingga menyebabkan terganggunya kerja otak dan syaraf tulang belakang.

10. Penyakit Chron’s

Penyakit Crohn dapat menyerang seluruh saluran pencernaan, khususnya usus kecil dan usus besar. Gejala penyakit Crohn di antaranya buang air besar (BAB) berdarah, diare, penurunan nafsu makan, dan melambatnya perkembangan seksual pada anak-anak.

11. Diabetes

Diabetes tipe 1 adalah jenis penyakit autoimun ini menyerang sel-sel insulin, sehingga tubuh tidak bisa memenuhi kebutuhan insulin. Hal ini tentu saja menyebabkan terlalu banyak gula beredar dalam darah.

12. Autoimun Hepatitis

Penyakit autoimun ini menyerang sel-sel hati dan sistem kekebalan tubuh yang bisa mengakibatkan hati mengeras dan gagal hati.

13. Celiac Dease

Jenis penyakit autoimun ini menyebabkan penderitanya tidak mampu menerima gluten dan zat yang terkandung dalam gandum.

14. Ideophathic Thrombosythopenic Purpura (ITP)

Salah satu penyakit autoimun yang banyak menyerang wanita dan menyebabkan pecahnya jaringan pembuluh darah.

15. Antibody Syndrome atau Antiphospholipid (APS)

Jenis penyakit autoimun ini bekerja dengan menyerang lapisan dalam pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembekuan darah pada saluran darah, baik saluran vena maupun arteri.

16. Guillain-Barre Syndrome (GBS)

Adalah penyakit autoimun ini menyerang saraf yang menghubungkan otak dan tulang belakang dengan seluruh saraf otot. Akibatnya otak mengalami kesulitan untuk memberikan perintah pada saraf otot, hingga menimbulkan kelumpuhan.

Komplikasi Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan. 

Jika tidak dikelola dengan baik, penyakit autoimun dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti:

1. Kerusakan Organ Permanen

Beberapa jenis penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, jantung, dan paru-paru.

2. Penyakit Jantung

Beberapa penyakit autoimun, seperti lupus, dapat meningkatkan risiko pengembangan penyakit jantung, termasuk radang pembuluh darah dan peningkatan kadar kolesterol.

3. Kemandulan atau Masalah Reproduksi

Beberapa kondisi autoimun dapat mempengaruhi kesuburan, baik pada pria maupun wanita, misalnya pada penderita lupus atau tiroid autoimun.

4. Infeksi Berulang

Penderita penyakit autoimun mungkin lebih rentan terhadap infeksi, baik karena penyakit itu sendiri maupun karena pengobatan imunosupresan yang digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh.

5. Penyakit Mental

Penyakit autoimun juga dapat berhubungan dengan gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi, akibat perasaan cemas mengenai kondisi kesehatan yang tidak pasti dan dampak jangka panjangnya.

Diagnosis Penyakit Autoimun

Diagnosis penyakit autoimun sering kali sulit karena gejalanya dapat mirip dengan berbagai kondisi lain dan dapat bervariasi antara individu. Proses diagnosis melibatkan beberapa langkah penting, seperti:

1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memulai dengan menggali riwayat medis lengkap pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda fisik yang dapat mengindikasikan penyakit autoimun.

2. Tes Laboratorium

Pemeriksaan darah sering kali diperlukan untuk mencari antibodi yang menunjukkan adanya respons imun yang abnormal. 

Tes seperti ANA (antinuclear antibody) dan Anti-dsDNA adalah tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis lupus dan penyakit autoimun lainnya.

3. Pencitraan Medis

Beberapa penyakit autoimun dapat mempengaruhi organ internal, sehingga pencitraan seperti CT scan atau MRI dapat digunakan untuk memeriksa kondisi organ tubuh yang terkena.

4. Biopsi 

Dalam beberapa kasus, biopsi jaringan atau organ mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis penyakit autoimun, terutama jika kerusakan organ terjadi.

5. Konsultasi Spesialis

Kadang-kadang, diagnosis penyakit autoimun membutuhkan kolaborasi antara beberapa spesialis, seperti rheumatologist, dermatolog, atau neurolog, tergantung pada gejala yang muncul.

Cara Mengatasi Penyakit Autoimun

Sampai saat ini Penyakit Autoimun belum ditemukan obatnya. Namun, Sahabat Persada dapat mengelola gejalanya dengan obat-obatan dan terapi. Adapun pilihan pengobatan untuk mengelola gejala penyakit autoimun ditentukan oleh dokter meliputi:

  1. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen, diklofenak, meloksikam dan celecoxib atau etoricoxib.
  2. Obat kortikosteroid dalam bentuk tablet, krim, dan injeksi.
  3. Obat DMARD atau imunosupresif seperti hydroxychloroquine, azatioprine, metotreksat, sulfasalazine, siklosporin, mikofenolat dan siklofosfamid.
  4.  Obat biologik seperti etanercept, rituximab, infliximab, tocilizumab, belimumab, ixekizumab, baricitinib.

Meskipun sampai saat ini belum ada obatnya, pasien dengan Penyakit Autoimun dapat melakukan berbagai perawatan pengelolaan gejala, dengan konsumsi obat-obatan untuk menurunkan tingkat peradangan dan menenangkan respon imun yang terlalu aktif. Diet makanan sehat, dan aktif olahraga juga dapat membantu proses perawatan.

Proses perawatan akan berjalan lebih cepat, terlebih jika mampu mendeteksi gejala sedini mungkin. Meskipun begitu perlu diingat, sebelum Sahabat melakukan berbagai jenis pengobatan dan aktivitas untuk mengatasi penyakit autoimun, Sahabat tetap perlu melakukan konsultasi dengan dokter penyakit dalam untuk mencegah kondisi lain yang tidak diinginkan.

Deteksi Dini untuk Penanganan yang Lebih Efektif

Perawatan penyakit autoimun akan lebih optimal jika Anda dapat mendeteksi gejalanya sejak dini. Sebelum memulai pengobatan atau perubahan gaya hidup, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam guna mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.

Jika Anda mengalami gejala penyakit autoimun yang telah disebutkan, segera konsultasikan di Dokter Spesialis Penyakit Dalam Persada Hospital. Jangan menunda, karena pemeriksaan dini dapat meningkatkan kualitas perawatan dan hasil kesehatan Anda. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!

Jika Anda merasakan beberapa gejala penyakit autoimun seperti yang disebutkan di atas, segera konsultasikan kondisi Anda ke Persada Hospital. Jangan menunda, karena pemeriksaan sedini mungkin dapat membantu mengoptimalkan kondisi Anda.

Informasi selengkapnya hubungi hotline Persada Hospital di 0811-3058-8585

Ditinjau oleh :
dr. Bagus Putu Putra Suryana, Sp.PD-KR
Spesialis Penyakit Dalam
Bagikan :
#SehatBarengPersada