Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang sering disebut sebagai silent killer karena gejalanya kerap kali baru muncul saat kondisinya sudah parah. Berdasarkan laporan Komite Indonesia dalam Mengatasi Tuberkulosis (TBC), lebih dari 724.000 kasus baru TBC ditemukan pada tahun 2022.
Angka ini meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023, jauh lebih tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi dengan rata-rata kasus di bawah 600.000 per tahun. Tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TBC Sedunia, dan momen ini menjadi pengingat pentingnya memahami gejala, penyebab, serta cara pengobatan TBC.
TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang utamanya menyerang paru-paru, tetapi dapat menyebar ke organ lain. Berikut adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
Pada tahap awal, seseorang yang terpapar bakteri TBC sering kali tidak menunjukkan gejala. Infeksi TB primer umumnya terjadi tanpa disadari, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik.
Pada fase ini, bakteri TBC tetap berada dalam tubuh tetapi tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. Meski tidak menular, TB laten berpotensi berkembang menjadi TB aktif jika sistem kekebalan tubuh melemah.
Gejala utama TB aktif meliputi batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, nyeri dada, demam, keringat malam, penurunan berat badan drastis, serta kelelahan. TB aktif sangat menular dan membutuhkan penanganan segera.
Infeksi TBC juga dapat menyerang organ selain paru-paru, seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, atau ginjal. Gejalanya bergantung pada lokasi infeksi, misalnya sakit kepala parah untuk TB otak atau nyeri punggung untuk TB tulang.
Anak-anak dengan TB aktif seringkali menunjukkan gejala yang lebih ringan, seperti demam berkepanjangan, penurunan berat badan, dan kelelahan. Karena gejala pada anak cenderung tidak spesifik, sering kali diagnosis terlambat dilakukan.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami batuk lebih dari tiga minggu, demam tinggi tanpa sebab yang jelas, penurunan berat badan drastis, atau keringat malam. Jangan menunggu hingga gejala memburuk. Untuk konsultasi lebih lanjut, kunjungi Spesialis Pulmonologi dan Pernafasan (Paru) Persada Hospital. Anda juga dapat mengakses informasi kesehatan terkini di laman artikel Persada Hospital.
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Bakteri ini dapat bertahan dalam udara selama beberapa jam, membuat orang di sekitarnya rentan terinfeksi jika menghirup udara yang terkontaminasi.
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan TBC adalah munculnya kasus resistensi obat, terutama terhadap obat-obatan lini pertama seperti isoniazid dan rifampisin. Resistensi ini sering kali terjadi akibat ketidakpatuhan pasien dalam menyelesaikan pengobatan. Untuk mengatasi masalah ini, pengobatan TBC resistensi obat memerlukan pendekatan khusus dengan terapi yang lebih lama dan menggunakan obat-obatan lini kedua.
Seseorang lebih berisiko terinfeksi TB jika:
Individu dengan TB laten memiliki risiko lebih tinggi berkembang menjadi TB aktif jika:
Vaksin Bacille Calmette-Guérin (BCG) efektif dalam mencegah TB terutama pada anak-anak. Meski tidak memberikan perlindungan 100%, vaksin ini mampu mengurangi risiko infeksi berat.
Jauhi paparan langsung dengan pasien TB aktif, terutama di ruangan yang kurang ventilasi.
Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik untuk mencegah penyebaran bakteri melalui udara.
Jika Anda memiliki risiko tinggi terinfeksi TB, konsultasikan dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan dini.
Konsumsi makanan bergizi, cukup tidur, dan rutin berolahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pengobatan TBC umumnya dilakukan dengan terapi jangka panjang menggunakan kombinasi obat. Lama waktu pengobatan dan obat yang diberikan tergantung tingkat infeks, sensitifitasi dan resistensi obat. Pada kondisi TB yang sensitif obat, umumnya pengobatan dilakukan selama 6 bulan.
Sementara pada TB resisten, pengobatan dapat lebih lama sekitar 6 bulan sampai 24 bulan. Kepatuhan dalam menjalani pengobatan sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan memastikan kesembuhan. Jika Anda didiagnosis TBC, segera konsultasikan dengan dokter spesialis untuk mendapatkan panduan pengobatan yang tepat.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan baik. Mengenali gejala sejak dini, memahami penyebab, dan menjalani pengobatan yang tepat adalah langkah penting untuk melawan penyakit ini. Jangan ragu untuk memeriksakan diri ke Spesialis Pulmonologi dan Pernafasan (Paru) Persada Hospital dan dapatkan informasi terkini seputar kesehatan di laman artikel Persada Hospital.
Dengan langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat, kita dapat bersama-sama mengurangi angka kasus TBC di Indonesia.