Kejang pada wajah bisa menjadi pengalaman yang sangat mengganggu, dan jika terjadi pada satu sisi wajah, itu disebut Hemifacial Spasm. Kondisi ini ditandai dengan gerakan tak terkendali pada otot wajah, yang dapat membuat penderitanya merasa cemas.
Gejalanya seringkali dimulai dengan kedutan ringan yang lama kelamaan bisa berkembang menjadi kejang yang lebih intens. Simak lebih lanjut mengenai kondisi wajah melorot ini! Anda juga harus mengetahui cara menghindari penuaan, baca cara mengatasi penuaan dini pada kulit.
Hemifacial spasm atau yang biasa dikenal sebagai kejang separuh wajah adalah kondisi neurologis yang jarang terjadi tetapi dapat mengganggu. Di mana otot-otot di satu sisi wajah berkontraksi secara tidak terkendali.
Dapat dikatakan bahwa hemifacial spasm merupakan kondisi dimana otot di satu sisi wajah mengalami kejang secara berulang-ulang. Kondisi ini umumnya dimulai dengan kejang ringan pada otot di sekitar mata atau sudut mulut. Tetapi seiring waktu dapat memburuk dan meluas ke area wajah lainnya.
Hemifacial spasm adalah penyakit dapat menyebabkan gangguan serius dalam fungsi sehari-hari dan kualitas hidup seseorang. Untuk itu, perlu diobati dengan mengendalikan atau mengurangi kejang otot tersebut.
Hemifacial Spasm adalah kondisi yang menyebabkan kedutan tak terkendali pada satu sisi wajah, tanpa menyebabkan kelumpuhan atau kehilangan fungsi wajah. Sebaliknya, Bell's Palsy adalah kelumpuhan wajah yang terjadi akibat peradangan pada saraf wajah, menyebabkan hilangnya kemampuan untuk menggerakkan otot wajah di satu sisi.
Kedutan ini disebabkan oleh tekanan pada saraf wajah atau pembuluh darah, sementara Bell's Palsy biasanya terkait dengan infeksi virus yang mempengaruhi saraf wajah. Bell's Palsy dapat sembuh dengan waktu, sementara kondisi wajah melorot memerlukan pengobatan seperti suntikan Botox atau pembedahan.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap kedutan wajah. Mereka yang berusia di atas 40 tahun lebih sering mengalaminya, meskipun kondisi ini dapat terjadi pada usia berapa pun.
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko adalah cedera pada saraf wajah atau adanya tekanan pembuluh darah pada saraf tersebut. Tumor atau infeksi juga dapat berperan sebagai penyebab, meskipun ini jarang terjadi.
Penyebab pasti hemifacial spasm masih belum sepenuhnya dipahami. Namun kondisi ini umumnya terkait dengan iritasi atau tekanan pada saraf wajah (nervus fasialis) yang mengendalikan gerakan otot wajah.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tekanan pada saraf wajah atau hemifacial spasm adalah:
Pembuluh darah yang terletak dekat dengan saraf wajah dapat menekannya, menyebabkan iritasi dan kejang otot wajah.
Tumor atau lesi di otak atau saraf wajah dapat menyebabkan tekanan pada saraf, yang mengakibatkan hemifacial spasm.
Cedera kepala atau trauma fisik lainnya dapat menyebabkan kerusakan pada saraf wajah, trauma fisik dibagian kepala menyebabkan otot menjadi kejang.
Misalnya saja aneurisma arteri serebri yang menyebabkan tekanan pada saraf wajah dan memicu hemifacial spasm.
Tanda hemifacial spasm biasanya dimulai dengan kejang ringan atau kejang pada otot di sekitar mata atau sudut mulut di satu sisi wajah. Namun, seiring waktu, kondisi ini cenderung memburuk dan dapat meluas ke area wajah lainnya. Adapun beberapa gejala umum hemifacial spasm adalah:
Kontraksi ini tak terkendali dan tidak disengaja. Biasanya terjadi pada satu sisi wajah saja. Sering dimulai di sekitar mata dan menyebar ke arah pipi, mulut, atau dagu.
Gejala berikutnya adalah kelopak mata yang berkedip-kedip secara berulang-ulang. Hal ini juga tidak dapat Anda kendalikan.
Beberapa individu dengan hemifacial spasm mungkin mengalami sensasi tidak nyaman atau nyeri di area yang terkena.
Kejang yang terus-menerus dapat mengganggu penglihatan pada sisi wajah yang terkena.
Hemifacial spasm dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, makan, atau menjalankan aktivitas sehari-hari lainnya dengan nyaman.
Pada penyakit ini, biasanya diagnosis berdasarkan pada riwayat gejala dan pemeriksaan fisik oleh dokter di Neurosurgery Clinic. Dokter juga mungkin merekomendasikan tes tambahan untuk memastikan diagnosis dan memahami kemungkinan kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa.
Adapun beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosa hemifacial spasm adalah sebagai berikut:
Dokter akan mengumpulkan riwayat medis lengkap pasien. Termasuk riwayat gejala yang dialami dan faktor-faktor risiko yang mungkin terkait.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dengan fokus pada pemeriksaan otot wajah dan gerakan mata.
Pemeriksaan berikutnya adalah neurologis untuk menilai fungsi saraf wajah (nervus fasialis) dan menentukan apakah ada tanda-tanda iritasi atau disfungsi pada saraf tersebut.
Beberapa tes tambahan yang bisa dilakukan oleh dokter untuk hemifacial spasm adalah:
Karena gejala hemifacial spasm dapat melibatkan kelopak mata dan gangguan penglihatan, dokter mata mungkin melakukan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan ini untuk mengevaluasi kemungkinan dampak kondisi ini pada penglihatan.
Tujuan pengobatan hemifacial spasm adalah untuk mengurangi atau mengendalikan kejang otot yang tidak terkendali pada satu sisi wajah, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berbagai pilihan pengobatan tersedia, dan pilihan terbaik akan bervariasi tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan respons pasien terhadap pengobatan. Beberapa opsi pengobatan yang umum digunakan untuk mengelola hemifacial spasm meliputi:
Terapis dapat merancang program latihan khusus untuk membantu mengurangi kejang otot dan meningkatkan fleksibilitas serta kekuatan otot wajah. Terapi fisik juga dapat membantu pasien mempelajari teknik relaksasi yang dapat membantu mengendalikan gejala HFS.
Terapi ini juga dikenal sebagai operasi dekompresi saraf. Prosedur bedah yang dilakukan untuk mengurangi tekanan atau iritasi pada saraf wajah yang terkena.
Ini dapat melibatkan pelepasan atau pemindahan pembuluh darah yang menekan saraf wajah. Termasuk pengangkatan tumor atau lesi yang mungkin menyebabkan tekanan pada saraf.
Operasi dekompresi mikrovaskular (MVD) dilakukan untuk mengatasi wajah melorot yang disebabkan oleh tekanan pembuluh darah pada saraf wajah. Dalam prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian kecil tengkorak untuk mengakses area yang tertekan.
Setelah itu, mereka akan menemukan pembuluh darah yang menekan saraf wajah dan menempatkan pelat logam kecil untuk menghalangi kontak antara pembuluh darah dan saraf. Pelat ini membantu menghentikan kejang otot wajah, dan setelah prosedur selesai, tengkorak akan ditutup kembali dengan pelat dan sekrup kecil.
Anda harus segera ke dokter apabila mengalami gejala yang telah disebutkan sebelumnya. Antara lain kontraksi otot yang tak terkendali, berkedip berulang-ulang hingga gangguan penglihatan.
Ada banyak pasien yang telah sembuh karena pengobatan di Persada Hospital Malang. Misalnya saja dengan operasi, setelah melakukan berbagai terapi untuk penanganan.
Perjalanan pengobatan pasien tidaklah mudah. Misalnya saja ibu Devi Oktavia yang hampir tiga tahun mengalami kedutan ini. Ia berkeliling mencari pengobatan yang tepat. Namun baru sembuh setelah melakukan pengobatan di Persada Hospital Malang.
Ibu Devi Oktavia adalah satu dari sekian pasien yang sembuh setelah mendapatkan penanganan di Persada Hospital Malang. Anda juga bisa sembuh setelah mendapatkan perawatan yang tepat bersama dokter dan fasilitas kesehatan yang canggih.
Selain itu apakah insomnia berpengaruh terhadap Hemifacial spasm, baca bahaya insomnia dan cara mengatasinya disini.
Hemifacial spasm adalah penyakit yang bisa ditangani dengan baik. Asalkan diagnosanya tepat dan mendapatkan pelayanan yang sesuai.
Bicara soal rekomendasi rumah sakit untuk mendapatkan prosedur medis profesional, Anda bisa mengunjungi Neurosurgery Clinic Persada Hospital Malang. Informasi lebih lanjut, hubungi kami!